rizky dan dhita

Tangan besar dengan jari yang gede pula itu mulai usil. Kali ini Darmo membuka bungkusan hitam, alias rokok yang kemarin pagi dia beli dari cewek-cewek cantik nan aduhai seharga 10.000,00 untuk satu bungkusnya. Padahal, harga rokok yang bernama Djarum Black itu nggak sampai Rp. 10.000,00. Namun, ternyata rizky punya trik tersendiri..


Dia membeli rokok Djarum Black itu dari seorang wanita cantik yang waktu itu sibuk jalan kesana kemari dengan pakaian yang lumayan cihuyy.. Siapa lelaki yang tak tergoda melihatnya, apalagi rizky.


“Sempat deg-degan pula aku dibuatnya menunggu cewek seksi itu datang kepadaku dan menawariku rokok.” ucap rizky pada dhita tetangga perempuannya yang juga seorang perokok.



“kenapa.?”


“Lah, bagaimana tidak.. mukanya cantik, badannya, rambutnya, wah pokoknya perpek banget deh.. Nggak kayak kamu..” Darmo menjelaskan sambil tersenyum melihat Tumi yang sering dipanggil Pak Tani dengan sebutan “yem”. Maklum nama aslinya adalah Tumiyem.


“Setelah cewek itu deketin aku.. Dia langsung nawarin produk susu rokoknya sama aku. Dan, biasalah.. bagaimana kalo orang ganteng dideketin orang cantik.. hehehehehe…” Darmo menyulut rokoknya. Dinikmatinya tanpa peduli akan desas desus fatwa.


“Aku mulai ajak canda.. dan canda.. Nah, dia tetep kekeh dengan rokoknya yang kayaknya belum laku. Pada akhirnya aku hanya bilang saja begini..”


“Gimana?” dhita menimpali.



“Aku mau beli rokoknya tapi sama nomor telpon dan juga nama.. gimana mau nggak..”


“Trus dianya gimana mas.?” dhita bertanya dan sepertinya lupa menutup mulutnya yang sedang menganga dengan tatapan kagum pada lelaki besar didepannya.


“Yah, lama kelamaan akhirnya dia mau juga. Dia tuliskan nomor Henponnya di Henponku dan aku juga sebaliknya..” rizky menjawab dengan gagah seakan dia sedang menang lotre hari ini.


“Wah, bodohnya cewek itu….” ucap Tumi lirrih sambil mengambil satu batang rokok hitam yang dipegang rizky.


Mulai angin berhembus dan sepi sekali selama beberapa detik. Lengang. Mereka asyik menikmati nikotin itu.



“Habis itu aku diajak sama rico main ke kampusnya. Rencana kita mau jalan keliling mall alias nyari pemandangan atau yang lebih kerennya cuci mata. Namun, trnyata ada sesuatu yang menghalangi.. Bendot yang selalu rajin buat demo nolak korupsi dan eperiting abot politik ternyata harus ngurus KRS buat semester pendeknya.. Jadi aku ikut dia ke kampus. Dan ternyata disana lebih banyak yang bening-bening…” Darmo mulai pamer.


“Waktu itu aku cuma pake celana sobek yang dah lama ga kucuci itu trus berangkat dengan menaiki motor butut sang Legenda.. “


“Aku yang bukan anak atau mahasiswa di kampus megah itu akhirnya hanya bengong doang sambil ngikut jalan kesana dan kemari.. naik tangga, turun tangga.. duduk ngrokok.. dan liat cewek.. tapui tetep aja banyak yang masuk kategori cantik dalam mataku.. hehehehehe..” rizky melepas pandangannya ke awang-awang.


“Kampus itu yang kayak apa to mas.? Kayak mol itu atao.. ” dhita bertanya.


“Waduh aku mah ngga tau.. Kamu tanya saja sendiri sama si rico.” Jawab rizky.



“Waktu itu ternyata dia sedang kesusahan buat nyari yang namanya surat dispensasi buat mbayar SP atau apalah. aku lupa.. Dia sempat cerita sama aku dan betapa kagetnya aku..”


“Kenapa mas? Ada apa.?” rizky mencoba menggali sumur.


“Ternyata dia main yang namanya KKN juga. Kolupsi Kolusi dan Nepotisme itu lho…” rizky menghisap rokoknya dan dihembuskannya awan surga.


“Dia nggak mau ribet sama yang katanya Badan Administrasi, dia malah sibuk nyari Dosen kesayangannya dan kayaknya juga sayang padanya. Ngapain coba.?”


“Dia minta supaya pembayarannya dilancarkan dan ga kena denda sama Badan Administrasi. Nah, Bendot juga nggak mbuat surat dispensasi seperti teman yang waktu itu duduk disampingku, yang menemaniku ngobrol. Belum lagi dia kena sanksi, denda.. wah..” Darmo geleng-geleng kepala.


“Kalo tenyata calon pemimpin kita seperti itu.. cuma nyari nama biar enak, trus semau dia.. duh..” dhita mulai membuka mulutnya.



Mereka masih duduk dan ngobrol di gardu ronda yang kebetulan berada di depan rumah dhita. Senja mulai meremang dan teriakan keras terdengar dari belakang tempat mereka duduk.


“Tumi.! Kamu lihat rokok Djarum Black yang warnanya itam nggak.? Tadi aku taruh di meja kok sekarang ngga ada ya..????” Seseorang berteriak.








0 komentar: